Caption Foto : Anggota DPRD Provinsi Babel, Me Hoa, saat menyampaikan pandangannya tentang sosok Rudianto Tjen yang disebut sebagai maestro politik dan teladan bagi anak muda.
PANGKALPINANG – Pasca Pilkada Ulang 2025 di Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka, nama Rudianto Tjen kembali disebut sebagai sosok penting dalam peta politik Bangka Belitung. Politisi senior PDI Perjuangan itu dinilai memiliki peran strategis dalam membangun komunikasi politik di Babel, baik pada Pilkada 2024 maupun 2025, Rabu (03/09/25).
Anggota DPRD Provinsi Babel dari Dapil Bangka Tengah, Me Hoa, menyebut Rudianto Tjen sebagai teladan sekaligus inspirasi. Ia mengakui, selama hampir 20 tahun bersama-sama di legislatif, dirinya melihat langsung konsistensi perjuangan Rutjen (sapaan Rudianto Tjen) dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat.
“Beliau selalu mendukung anak muda yang punya pemikiran maju agar mampu mengisi peran sesuai profesi dan kemampuan di setiap potensi yang ada di Bangka Belitung,” kata Me Hoa.
Menurut Me Hoa, kiprah Rudianto Tjen selama lebih dari dua dekade sebagai wakil rakyat menjadi inspirasi lintas generasi, suku, agama, dan golongan. Kontribusinya terlihat nyata, baik dalam bidang sosial, ekonomi, kebijakan anggaran, hingga pembangunan sumber daya manusia.
“Kalau mau diceritakan, tidak cukup seminggu. Dalam hal anggaran, bantuan sosial, kesehatan, pendidikan, sampai bidang keagamaan, beliau hadir. Bahkan ada anak Pangkalpinang yang bisa kuliah di Rusia berkat dukungan Bapak Rudianto Tjen. Yang membantu mungkin lupa, tapi yang dibantu pasti selalu ingat,” ujarnya.
Selain kiprahnya, Rudianto Tjen juga dikenal sebagai sosok rendah hati dan jauh dari sikap sombong. Namanya kerap disebut dalam berbagai kegiatan sharing maupun workshop, karena dianggap tokoh publik yang membuka ruang aspirasi luas bagi masyarakat.
“Karakter beliau selalu ramah, menyapa warga dengan tulus. Itu sikap yang sebenarnya,” tambah Me Hoa.
Me Hoa menegaskan, Rudianto Tjen kerap mengingatkan para fungsionaris partai bahwa jabatan politik bukanlah tujuan, melainkan alat untuk mengabdi.
“Beliau selalu menekankan bahwa fungsionaris partai adalah pekerja, sementara pemilik saham sejati adalah rakyat,” ungkapnya.
Di tengah era digital dan dinamika media sosial, Me Hoa menyadari adanya pro dan kontra. Namun ia percaya publik sudah bisa menilai figur Rudianto Tjen dengan jernih.
“Sebagai pengguna medsos yang cerdas, kita tahu betul, sudah berbuat baik pun tetap saja ada haters. Tapi saya yakin netizen bisa menilai bagaimana sebenarnya sosok Bapak Rudianto Tjen,” pungkasnya.
( Hary-wartapublik)