WARTAPUBLIK. COM
BANGKA BARAT – Aktivitas tambang ilegal di perairan Teluk Inggris, Kabupaten Bangka Barat, kembali menuai protes keras dari para nelayan. Puluhan ponton isap produksi (PIP) disebut beroperasi pada malam hari untuk menghindari pengawasan dan merusak alat tangkap nelayan tradisional.Senin ( 04/08/25).
Protes ini mencuat setelah beredar rekaman suara dan video di grup WhatsApp nelayan. Dalam rekaman tersebut, seorang nelayan mengungkapkan bahwa PIP beroperasi mulai tengah malam hingga dini hari, tepat di jalur pemasangan jaring nelayan. Akibatnya, banyak jaring pukat nelayan putus dan rusak, bahkan ikan yang sudah terperangkap ikut lepas.
“Waktu, tenaga, dan uang untuk beli solar semua habis percuma,” keluh seorang nelayan dari Desa Tanjung Ular.
Nelayan dari Desa Tanjung Ular dan Kampung Masam mengaku mengalami kerugian hingga jutaan rupiah akibat rusaknya alat tangkap dan hilangnya hasil tangkapan.
Ketua Persatuan Nelayan Mentok menegaskan pihaknya akan melayangkan surat terbuka kepada Kapolres Bangka Barat, mendesak aparat penegak hukum menindak tegas para pelaku tambang ilegal.
“Kami sudah sangat resah. Ini bukan pertama kali terjadi. Kalau tidak segera ditindak, bisa memicu konflik horizontal,” ujarnya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak kepolisian belum memberikan keterangan resmi terkait laporan nelayan. Para nelayan berharap aparat segera turun tangan sebelum kerusakan lingkungan dan kerugian semakin meluas.
Sebelumnya, awak media telah melakukan konfirmasi ke Kapolres Bangka Barat AKBP Adhitya Nugraha melalui HP Seluler ( Whatsapp)
” Trimakasih Pak Informasinya, nanti akan kami tindaklanjuti, ” ujar Kapolres.
( Komar-wartapublik. com)