Oleh : Sariyal, S.H (Wartawan Babel)
WARTAPUBLIK.COM, Bangka Tengah — Rencana operasi tambang timah jenis Ponton Isap Produksi (PIP) di laut Desa Batu Beriga, Kecamatan Lubuk Besar, Kabupaten Bangka Tengah, kian mendekati kenyataan.
Kabarnya, dengan arahan dari Direktur Utama PT Timah Tbk, Ahmad Dani Virsal, Delapan (8) perusahaan lokal (CV) akan segera memulai kegiatan penambangan di perairan ini.
Teranyar ada pertemuan yang melibatkan petinggi PT Timah Tbk dan pihak Kepolisian Daerah Bangka Belitung di ruang ROOPS POLDA Bangka Belitung, Kamis (19/9/2024), menandai bahwa langkah untuk memulai operasi tambang PIP ini semakin dipercepat.
Namun, di balik optimisme peningkatan produksi timah dan potensi ekonomi yang dihasilkan, terdapat kekhawatiran besar terhadap dampak sosial-ekologis bagi nelayan setempat dan ekosistem laut di sekitar Desa Batu Beriga.
Aktivitas tambang PIP membawa ancaman serius yang patut menjadi perhatian semua pihak.
Terutama Dampak Sosial Terhadap Nelayan Desa Batu Beriga, Perairan Desa Batu Beriga merupakan wilayah tangkapan utama bagi nelayan setempat.
Kehadiran tambang PIP akan mempengaruhi ruang lingkup pencarian ikan secara signifikan.
Nelayan-nelayan yang selama ini menggantungkan hidupnya dari hasil laut akan dihadapkan pada situasi sulit, di mana aktivitas penambangan dapat, mengurangi ruang Tangkapan Ikan.
Luasnya wilayah laut yang akan dikuasai oleh aktivitas penambangan PIP akan mempersempit wilayah tangkap bagi nelayan.
Ponton-ponton besar dan peralatan penambangan yang beroperasi siang-malam akan mengganggu jalur tradisional penangkapan ikan yang digunakan nelayan.
Selanjutnya, Gangguan Kualitas Air, Proses penambangan timah di laut melibatkan penghisapan sedimen dari dasar laut, yang kemudian dipisahkan untuk diambil bijih timahnya. Sisa-sisa material ini, atau disebut tailing, akan dibuang kembali ke laut. Limbah ini akan mencemari perairan dengan lumpur dan logam berat, menurunkan kualitas air.
Bagi nelayan, hal ini akan merusak habitat ikan, sehingga stok ikan akan semakin menurun. Kualitas air yang buruk juga memengaruhi kesehatan laut secara keseluruhan, yang berdampak langsung pada hasil tangkapan.
Kemudian Hilangnya Sumber Penghidupan, Nelayan yang hidup dengan hasil tangkapan ikan akan mengalami kesulitan besar dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari jika penurunan jumlah ikan terjadi. Ketergantungan pada hasil laut menjadikan mereka kelompok yang paling rentan terdampak oleh penambangan ini.
Dalam jangka panjang, jika laut tidak lagi produktif, nelayan akan kehilangan sumber penghidupan utama mereka.
Dan juga Konflik Sosial, Potensi konflik sosial antara perusahaan tambang dan masyarakat nelayan semakin nyata.
Nelayan yang merasa dirugikan oleh aktivitas tambang PIP akan mengalami ketidakpuasan, yang bisa berkembang menjadi aksi protes, atau bahkan benturan fisik di lapangan.
Kerusakan Ekosistem Laut, Selain dampak sosial terhadap nelayan, ekosistem laut di sekitar Desa Beriga juga akan merasakan dampak besar dari operasi tambang PIP.
Ekosistem laut yang merupakan habitat bagi beragam jenis biota laut terancam rusak, dengan beberapa dampak utama, seperti Rusaknya Habitat Laut.
Penambangan PIP akan merusak dasar laut, yang menjadi rumah bagi terumbu karang, rumput laut, dan organisme kecil lainnya.
Penghisapan dasar laut dalam proses eksplorasi timah akan menghancurkan ekosistem ini. Terumbu karang, yang penting sebagai tempat berlindung dan berkembang biak ikan, akan rusak atau bahkan musnah, mengurangi keanekaragaman hayati di kawasan tersebut.
Kepunahan Jenis Ikan Tertentu, Habitat yang rusak menyebabkan banyak ikan kehilangan tempat berkembang biak dan mencari makan. Jika proses ini berlangsung lama, beberapa spesies ikan di sekitar laut Beriga bisa mengalami penurunan populasi secara drastis, atau bahkan punah.
Sedimentasi dan Polusi Laut, Proses penambangan PIP menghasilkan endapan lumpur yang terbawa arus laut, menutupi dasar laut dan merusak ekosistem dasar. Endapan ini juga dapat memicu eutrofikasi—proses di mana kandungan nutrisi yang berlebihan dalam air merangsang pertumbuhan alga secara berlebihan. Alga yang berlebihan dapat mengurangi kadar oksigen dalam air, membuat lingkungan laut menjadi tidak layak bagi kehidupan ikan dan biota lainnya.
Penurunan Kualitas Air Laut, Limbah kimiawi dan logam berat yang dihasilkan dari penambangan timah dapat terakumulasi di perairan laut, mencemari air dan mempengaruhi kesehatan ikan dan organisme laut lainnya. Pencemaran ini juga bisa berdampak pada kesehatan manusia yang mengonsumsi ikan dari perairan tercemar.
Penulis menyimpulkan, Rencana beroperasinya tambang PIP di laut Desa Beriga jelas membawa implikasi besar bagi masyarakat nelayan dan lingkungan laut setempat.
Meskipun proyek ini menjanjikan peningkatan pendapatan ekonomi bagi perusahaan dan mungkin juga pemerintah daerah, dampak sosial-ekologisnya harus dipertimbangkan secara serius.
Para pemangku kepentingan harus mendengarkan keluhan nelayan yang kehidupannya terancam, serta memastikan bahwa kerusakan lingkungan tidak mencapai titik yang tidak bisa dipulihkan.
Keseimbangan antara keuntungan ekonomi dan keberlanjutan ekologi serta kesejahteraan masyarakat harus menjadi prioritas utama. Tanpa pendekatan yang hati-hati, tambang PIP di laut Beriga berpotensi mengorbankan masa depan para nelayan dan ekosistem laut yang vital bagi kehidupan di pesisir. (*)